Developing Pharmacy Practice
(A focus on patient care)
Pertama kali membaca buku ini saya sempat menyesal dan kecewa, bukan karena mengapa saya menemukannya. Yang membuat sedikit kecewa adalah mengapa buku ini baru saya temukan, tidak ketika saya masih dalam masa-masa kuliah dulu. Saya cukup berkecil hati ketika membaca salah satu kutipan dalam buku tersebut:
This introductory handbook sets out a new paradigm for pharmacy practice. Its aim is to guide pharmacy educators in pharmacy practice, to educate pharmacy students and to guide pharmacists in practice to update their skills…”
Intinya, salah satu tujuan penulisan buku ini adalah sebagai pencerdasan terhadap mahasiswa farmasi bahwa ada sebuah paradigma yang harus mereka pahami tentang praktek kefarmasian itu sendiri. Dan alangkah lebih baiknya kalo mereka memahami paradigma ini di awal masa perkuliahan mereka.
# Paradigma
Lebih dari 4 dekade yang lalu, ada sebuah trend praktek kefarmasian untuk bergeser dari fokus originalnya, yaitu dari supply obat-obatan kepada fokus yang lebih inklusif terhadap patient care. Paradigma ini juga diikuti dengan pergeseran peran farmasis di lapangan, yaitu dari compounder dan supplier produk farmasi kepada provider pelayanan dan informasi terhadap pasien. Tren ini menjadi semakin nyata ketika kampus-kampus farmasi juga ikut menggeserkan diri (baca: menyesuaikan diri) untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
# Lawan pesimisme
Ada semacam rasa enggan yang tercium sangat jelas dari kalangan farmasi ini. Perasaan enggan yang mungkin bisa kita bahasakan dengan “pesimis”.
Saya masih sangat ingat dengan statemen salah seorang apoteker pembimbing praktek kerja profesi di industri beberapa tahun yang lalu ketika saya tanyakan pendapatnya tentang pharmaceutical care:
“Menurut saya, keinginan dunia farmasi untuk ikut berperan lebih dalam pharmaceutical care terhadap pasien rasanya hanya sebatas angan-angan saja. Kita tidak akan mampu karena hal tersebut bukanlah spesialisasi kita.”
Walaupun kemudian saya agak maklum, karena yang ngomong seperti itu adalah apoteker yang sudah sangat senior (baca: tamatnya udah lamaaa kale, tahun 70-an). Selain itu beliau memang praktisi industri farmasi tulen, sehingga mungkin sudah qonaah “merasa cukup” dengan keadaan dunia farmasi yang sudah ia geluti. Namun, saya melihat bahwa permasalahan ini bukan sekedar permasalahan merasa cukup dan bersyukur dengan kondisi yang ada. Ini adalah masalah kebutuhan, masalah peran farmasis yang lebih maksimal. Faktanya, dalam patient care: farmasis dibutuhkan. Titik.
Melalui buku ini, diharapkan munculnya semacam kebanggan dan semangat untuk memikul tanggung jawab pagi para praktisi farmasi dalam menyambut sesuatu yang bergeser tersebut 🙂
# A closer look on the book
Buku ini dibagi dalam 2 bagian umum, yaitu:
- Farmasi sebagai bagian dari tim kesehatan (perspektif kebijakan): menekankan betapa penting dan besarnya andil farmasis dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien.
- Farmasi di dalam patient care (perspektif praktek kefarmasian): menekankan bagaimana praktek kefarmasian dapat menjadi maksimal terhadap pasien.
Poin penting yang dibahas dalam buku ini diantaranya adalah:
- Beberapa dimensi baru dalam dunia kefarmasian, seperti: asuhan kefarmasian, evidence-based pharmacy, menyesuaikan pengobatan dengan kebutuhan pasien, farmasi klinik, dan self medication
- Farmasis sebagai bagian dari tenaga kesehatan
- Perubahan dalam pendidikan kefarmasian dan pendekatan pembelajaran yang baru
- Bagaimana menerapkan asuhan kefarmasian dan manajemen informasi obat serta EBM
++++++++++++++++++++++++++++++
Language: English
Author: Wiedenmayer K et al.
Publisher: World Health Organization
Copyright: 2006
Pages: 97
Price: gak tau, karena saya dapat versi e-book nya 😀
Kalau berminat, download saja di sini.
- ITalk Episode 2: Belajar di Negeri Kangguru dengan Beasiswa - April 20, 2021
- Solid Dispersions of Famotidine: Physicochemical Properties and In Vivo Comparative Study on the Inhibition of Hyperacidity - August 9, 2020
- Menjadi “orang kimia” itu… (Refleksi satu tahun penelitian kimia farmasi) - March 7, 2020
adriyal
manstab tulisan yori ma…..
terus semangat menulis….
awk lai pendukung PC ma yor, tp koq k terlibat dlm nyo alun tau lai….ha..ha….
Butet Siregar
mantap…banget tapi banyak istilahnya yang ndak dimengerti
yoriyuliandra
@adriyal: hoho… makasih. Capeklah buek blog tu. Beko dulu lo wak mambuek blog wak yang ke3 lai haha.. 😀
@Kak Tet: istilah-istilah itu gak penting bagi kak tet *tapi penting bagi stakeholder farmasi. Yang penting adalah: memahami bahwa sebenarnya farmasis adalah ujung tombak dan pihak yang dapat diandalkan dalam menciptakan pelayanan kesehatan yang paripurna :))