Kemandirian bahan baku obat: kapan?
Ketahanan bangsa dalam bidang kesehatan sangat ditopang oleh kemampuannya dalam memproduksi sendiri obat-obatan. Anyway, kita di Indonesia saat ini memiliki sekitar 200 industri farmasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Awalnya saya kira jumlah itu lumayan cukup, atau setidaknya kurang-kurang dikit lah. Namun saya mendadak kaget ketika dikasih tau bahwa India memiliki 100.000 industri farmasi, sedangkah China punya tiga kali lipat: 300.000 industri farmasi. Saatnya bilang wow…
Tahukah anda bahwa 95% dari komponen obat yang diproduksi di Indonesia adalah berasal dari impor?
Setidaknya informasi di atas adalah beberapa hal yang saya peroleh pada sidang hari pertama acara Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional XI yang dilaksanakan oleh LIPI pada 8 Oktober 2015. Pada komisi yang saya ikuti, Komisi Kesehatan dan Obat, topik yang diangkat dalam bidang kesehatan pada kongres 4 tahunan ini adalah kemandirian bahan baku obat. Kita memang sangat jauh dari mandiri karena hampir seratus persen kebutuhan bahan baku obat kita adalah berasal dari impor.
Topik yang diangkat sangat menarik, khususnya bagi saya yang tidak begitu menekuni bidang industri farmasi. Besides, narasumbernya juga para pemangku kepentingan yang tepat. Salah satunya adalah Maura Linda Sitanggang, Ph.D (Dirjen Binfar Alkes Kemenkes RI). Beliau sudah pernah juga kami undang dalam acara Seminar Nasional “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik” tahun 2013 di Universitas Andalas, dan juga dalam acara RAKERNAS IAI di Bukittinggi pada Mei 2015.
Narasumber lain yang juga turut berpartisipasi adalah Drs. Bahdar J. Hamid, M.Pharm, Apt dari Bidang Pengawasan Produk Terapetik BPOM RI, dan Ir. Muhammad Khayam, MT yang merupakan Direktur Industri Kimia Dasar dari Kementerian Perindustrian. Kalau saya itung-itung, nara sumbernya klop banget lah. Namun akan menjadi super lengkap kalau narasumber lain dari pelaku industri farmasi juga berpartisipasi, ditambah lagi dengan Perguruan Tinggi Farmasi (APTFI). Ternyata benar saja, 2 narasumber tersebut ternyata diundang juga, tapi buat hari ke-2.
Tantangan untuk kemandirian bahan baku obat sangat besar. Utamanya adalah kolaborasi antara stakeholder yang ada, tak tertinggal para peneliti. Industri sendiri juga diharapkan mampu menghidupkan riset. Peranan LIPI sebagai rumahnya para peneliti juga sangat terbuka lebar. Demikian juga dengan perguruan tinggi.
Bagaimanakah roadmap industri farmasi untuk periode 2015-2025? Sanggupkah Indonesia mencapai omset 700 triliun di bidang industri obat-obatan? Apa peran perguruan tinggi menuju kemandirian (bahan baku) obat? Mari kita tunggu… *Atau jadi pelaku? š
- ITalk Episode 2: Belajar di Negeri Kangguru dengan Beasiswa - April 20, 2021
- Solid Dispersions of Famotidine: Physicochemical Properties and In Vivo Comparative Study on the Inhibition of Hyperacidity - August 9, 2020
- Menjadi “orang kimia” itu… (Refleksi satu tahun penelitian kimia farmasi) - March 7, 2020
NinaFajriah
Jadi sebenarnya bahan baku APA yg TIDAK Indonesia Impor?
The more I think about it, the more I pessimistic about this country š
Yori Yuliandra
Iya juga sih kebanyakan kita impor, namun kemandirian dalam bahan baku obat merupakan salah satu aspek penting dalam ketahanan bangsa. Itu juga merupakan statemen dari Kementerian Pertahanan Ri
Trus satu lagi, secara kapabilitas katanya kita bisa, dan setiap kementerian dan lembaga yang terkait menyatakan siap. Trus?
NyNuN
waahhh tau uda ada di KIPNAS nina ikutan kmrn…hehhehe
that’s Right da,,,, sedih yaaa….
tapi sabar sebentar…Indonesia masih harus ekstra keras untuk mencapai kemandirian bahan baku obat…
tapi percaya kok Indonesia bisa..hehhe
*lai padek ilmu Bu Maura tu da?hehee
Alris
Segitu sulitnyakah mengadakan bahan baku obat di dalam negeri? Sehingga sangat tergantung import?