Ramadan Nights Festival at Lakemba
- At June 03, 2019
- By Yori Yuliandra
- In Australiana, Blog
- 0
Sewaktu saya pertama kali sampai di Sydney dan masih tinggal sementara di asrama kampus, saya dikasih tau oleh seorang sahabat bahwa setiap bulan puasa selalu ada Ramadan Food Festival di daerah Lakemba, salah satu daerah suburban di pinggiran kota Sydney. Dan hal tersebut terasa menjadi salah satu lobi penguat dari beliau supaya saya memilih tinggal di daerah tersebut. Saat itu, yang terlintas di benak saya adalah semacam pasar jajanan untuk berbuka puasa, atau yang lebih dikenal dengan istilah “pasar pabukoan” di daerah Padang. Faktanya, setelah saya tinggal di daerah ini dan mengamati sendiri, its way too different. Memang benar-benar seperti festival, tidak sekedar jualan makanan sederhana pelepas dahaga dan lapar di sekitar waktu berbuka, namun berlangsung hingga jam 2-3 pagi di sepanjang Haldon Street selama bulan Ramadhan.
Festival? Really…?
Ada beberapa hal yang mungkin membuat even ini disebut dengan festival. Yang pertama adalah banyak jenis makanan yang tersedia dan dapat dibeli di sepanjang jalan ini. Jika boleh hiperbolis sedikit, saya akan menyebutnya festival makanan internasional, atau setidaknya internasional kawasan muslim. Olahan makanan dari berbagai negara di Timur Tengah bisa dijumpai di sini dengan variasi yang sangat banyak dan mayoritasnya tidak saya ingat namanya. Tak ketinggalan, ada soto kambing dan martabak juga. Menu soto kambing ini diberi nama “soto kambing”. Artinya, ada penjual dari Indonesia yang juga berpartisipasi 🙂
Salah satu hal yang membuat saya takjub adalah bagaimana pemerintah lokal menjadikan even ini sebagai tourist attraction yang serius dan terbilang sangat efektif. Hal ini terlihat dari betapa meriahnya acara festival ini, dan betapa pemerintah mengatur segala hal untuk kelancaran acara ini seperti penutupan jalan, rekayasa rute transportasi publik, penambahan toilet umum, dsb. Acara ini memang masuk ke dalam daftar kegiatan resmi pemerintah dan informasi lengkapnya sangat mudah didapati secara online, termasuk dari website-website official. Mereka memang betul-betul membuat bahwa Ramadan bukan saja untuk umat Islam, but Ramadan is for everyone in here. Mereka tidak sungkan untuk membuat statement berikut terkait even ini:
Lakemba has become Sydney’s best place to celebrate and experience Ramadan
official fb event at https://www.facebook.com/events/2146957542078885
Selain itu, kegiatan jualan yang pada dasarnya (mungkin) menyajikan pilihan makanan untuk berbuka puasa ini berkembang menjadi festival makanan bagi seluruh warga kota. Festival ini tidak hanya menarik bagi warga muslim karena hampir separuh pengunjung yang datang diduga kuat adalah mereka-mereka yang tidak berpuasa (bule – chinese nonmuslim – ini asumsi saya aja ya). Barangkali ini juga yang menjadi alasan mengapa even ini berlangsung hingga larut malam. Tak jarang, pengunjung masih bertahan hingga jam 11 malam, termasuk mereka yang datang dengan membawa bayi di dalam stroller yang mereka dorong.
Seperti apa kemeriahannya?
Selama 30 hari Ramadhan 2019 ini, tingkat keramaian pengunjung cukup bervariasi. Pada pekan pertama Ramadhan, pengunjung bisa dibilang sangat membludak, khususnya pada weekends (dimulai pada Jumat malam). Puncaknya adalah pada Saturday night (malam Minggu), dimana sejak siang hari jam 12, mobil sudah dilarang parkir di sepanjang Haldon St. Umbul-umbul berwarna-warni juga sudah terpasang melintang di atas jalan. Beberapa waktu sebelum sebelum matahari terbenam, jalan akan ditutup dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan. Dan, dimulailah kemeriahan yang dimaksud.
Makanan apa yang dijual?
Terlalu banyak. Puluhan atau mungkin lebih dari 100 jenis. Mulai dari olahan minuman berbagai bentuk dan rasa, kopi tradisional, burgers dengan berbagai jenis daging, sahlab, olahan berbasis kentang, makanan yang diolah dengan bakar-bakaran, dsb. Uniknya, ada beberapa stall yang nyaris selalu rame dengan antrian yang panjang. Misalnya stall burger onta yang kadang antriannya mencapai lebih dari 40 orang, sehingga menutupi akses masuk ke masjid. Saya pernah agak kesulitan menerbos antrian ini untuk bisa masuk ke masjid untuk menunaikan shalat isya sehingga lebih sering memilih akses dari parkiran belakang masjid.
Kegiatan ini juga sangat menarik bagi media dan pers. Saya pernah mendapati kru televisi (mungkin) dengan kamera ukuran jumbo mereka sedang meliput keramaian dan antrian pada salah satu stall favorit: martabak. Tak ketinggalan, performance seni semacam tari dan nyanyian juga kadang ditampilkan oleh salah satu food stall untuk menarik pengunjung. Selain media mainstream, aktivitas anak muda ala-ala vlogger juga sangat mudah dijumpai. Dengan kamera keren dilengkapi gimbalnya, mereka terlihat sangat antusias untuk menerobos keramaian pengunjung yang selalu membludak setiap weekend.
Mau ikut jualan?
Awalnya saya mengira berjualan di acara festival ini adalah perkara gampangan. Mungkin sekedar lapor kepada pengelola pasar, bayar, dan dapat lokasi. Lebih kurang sebagaimana halnya prosedur “pasar pabukoan” yang ada di daerah asal saya. Ternyata, no way. I was dead wrong. Beberapa hal berikut memastikan bahwa ada serangkaian prosedur yang harus diikuti dan saya yakini bukan perkara gampang.
- Daftar penjual beserta jenis makanan yang akan dijual sudah dimuat di website pemerintah daerahnya. Bahkan juga terdapat denah lokasi masing-masing food stall yang cukup akurat. Untuk Ramadhan 2019, terdapat lebih dari 60 operator yang terdaftar
- Setiap operator/penjual harus mengantongi sertifikasi terhadap produk yang dijual. Dan kemungkinan besar mereka harus menyerahkan sampel produk untuk disertifikasi, dan produknya pastilah harus halal (ini asumsi logis, hehe…)
- Pemerintah sangat ketat dalam hal pemberian izin bagi mereka yang menjual makanan. Mustahil bisa menjual makanan tanpa mendapat izin. Nggak ada ceritanya akan ketemu pedagang asongan di Sydney (tiba-tiba saya jadi ingat betapa bebasnya orang jualan makanan di sekolah-sekolah di Indonesia tanpa ada regulasi sama sekali)
- Pasti ada pajak, dan menurut saya pajaknya lumayan besar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Australia memiliki sistem perpajakan yang sangat sistemik. Setiap orang yang mendapatkan penghasilan di negeri ini adalah subjek pajak. Untung saja beasiswa yang kami terima tidak dipajakin 😉
Ramadan is leaving… 🙁
Ramadhan hampir berlalu. Semoga ia pergi dengan meninggalkan banyak kebaikan. Sedih? Sangat. Meskipun demikian, pengalaman Ramadhan pertama di negeri orang boleh dibilang sangat pantas disyukuri. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Namun ada segerombolan bocah yang juga sedih dengan kepergian bulan mulia ini: mereka kehilangan “hiburan malam”. Untungnya, malam-malam mereka akan kembali relatif lebih tenang
- ITalk Episode 2: Belajar di Negeri Kangguru dengan Beasiswa - April 20, 2021
- Solid Dispersions of Famotidine: Physicochemical Properties and In Vivo Comparative Study on the Inhibition of Hyperacidity - August 9, 2020
- Menjadi “orang kimia” itu… (Refleksi satu tahun penelitian kimia farmasi) - March 7, 2020