Rokok: hantu kesehatan global
Beberapa waktu yang lalu, saya ditawari untuk diwawancara oleh salah satu majalah/mading kampus terkait dengan rokok. Tanpa berpikir lebih lama, “yes, I’m in”. Dan akhirnya, published…
Anyway, tentang rokok selalu saja banyak yang bisa dibicarakan, baik itu sekedar celotehan saja, perspektif, personal overview, atau mungkin tawaran solusi. Di blog ini saja, saya sudah menulis beberapa kali tentang rokok. Mau baca, klik di sini. Nggak mau baca tulisan lama, baca tulisan ini aja. Yuk scroll down…
1. Bahaya Rokok
Apa bahaya rokok bagi perokok aktif serta bahaya asap rokok bagi perokok pasif?
Bahaya rokok terhadap kesehatan adalah suatu hal yang tidak lagi terbantahkan, baik bagi perokok aktif maupun non-smoker yang juga menghirup asap rokok (perokok pasif). Jika boleh disederhanakan menjadi satu kalimat saja, suatu studi ilmiah memberikan statemen berikut:
“Cigarette smoking is a worldwide epidemic and the most prevalent cause of many diseases leading to increased morbidity and mortality globally”
Yaitu bahwa asap rokok adalah hantu bagi kesehatan dunia. Kandungan puluhan jenis karsinogen pada asap rokok jelas menjadi penyebab beberapa jenis kanker, mulai dari kanker mulut, faring, laring, paru, dan organ lainnya. Masing-masing jenis kanker tersebut memberikan dampak yang bervariasi, mulai dari kerusakan pita suara dan kebisuan hingga kematian. Sebenarnya, bukan dampak kematian (mortalitas) saja yang patut menjadi perhatian, sebab dampaknya terhadap morbiditas berupa penurunan fungsi organ dan penurunan kualitas hidup kadang jauh lebih penting. Dengan demikian, efek negatif selain kanker seperti kerusakan sistem kardiovaskular, gastrointestinal, kerusakan saraf, dan lain sebagainya juga semestinya dipahami oleh masyarakat.
Adanya anggapan bahwa perokok pasif menerima dampak yang lebih buruk daripada perokok aktif pada dasarnya adalah asumsi yang keliru. Ketika asap rokok dihirup langsung, kandungan racun di dalamnya akan terdeposit pada alveoli di dalam paru-paru. Saat asap yang sudah dihirup tersebut dihembuskan kembali, racun yang terkandung tentu saja tidak sebanyak racun yang terhirup. Ini adalah logika pembuktian sederhana. Meluruskan kekeliruan ini adalah hal yang cukup krusial, sebab salah satu statemen konyol yang sering menjadi alasan bagi seseorang untuk menjadi perokok aktif adalah karena perokok pasif menerima dampak yang jauh lebih berbahaya. Tidak, perokok aktif menerima dampak yang jauh lebih berbahaya dibandingkan perokok pasif. Meskipun demikian, perlu dicamkan bahwa perkok pasif juga menerima dampak yang berbahaya.
2. Rokok vs Imunitas
Bagaimana kandungan rokok mempengaruhi sistem imun tubuh?
Beberapa studi sudah dilakukan oleh para pakar terkait dengan korelasi antara rokok dengan sistem pertahanan tubuh. Salah satu kesimpulan yang mencuat adalah bahwa rokok menekan sistem imun tubuh sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap pernyakit. Secara detail, penelitian ini mengungkapkan bahwa asap rokok menyebabkan perubahan struktural dan fungsional epital siliari saluran pernafasan, protein surfaktan pada paru-paru, dan sel-sel imun seperti makrofag pada alveoli, neutrofil, limfosit, dan sel natural killers. Dampak buruk ini semakin diperkuat dengan banyaknya penyakit degeneratif yang menempatkan merokok (tobacco smoking) sebagai salah satu faktor resiko utama, sebut saja stroke, penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes, dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, sebagian kecil penelitian yang menginvestigasi kaitan rokok dengan sistem imun tubuh menghasilkan simpulan yang cukup mencengangkan. Yaitu bahwa “rokok” juga mempunyai potensi untuk pengobatan akibat adanya sifat imunosupresan pada konstituen kimia yang terkandung di dalamnya. Hal ini diperkuat dengan hasil survey mereka yang menyimpulkan bahwa para perokok cukup jarang menderita penyakit yang berkaitan dengan inflamasi atau radang. Secara pribadi, saya tetap melihat ini sebagai suatu hal yang positif meskipun kebanyakan orang justru mencibir wacana ini. Meskipun demikian perlu digarisbawahi bahwa studi ini tetap memberikan statemen yang keras: “However, smoking cessation should be emphasized for patients with immunosuppressive states”. Artinya, menjadikan aktivitas merokok sebagai alasan untuk terhindar dari penyakit yang berkaitan dengan sistem imun adalah perbuatan yang sangat tidak masuk akal.
3. Tawaran Solusi
Apa solusi yang dapat kita tawarkan untuk membantu para perokok meninggalkan kebiasan buruk tersebut?
Adalah sikap yang lebih diterima jika kita menempatkan para perokok aktif sebagai orang yang sebenarnya lebih layak untuk dikasihani dan disadarkan ketimbang dimusuhi. Saya selalu menekankan dalam berbagai kesempatan dan tulisan bahwa perokok aktif bukanlah musuh nomor satu dalam memberantas penjajahan asap rokok di muka bumi. Mereka pada dasarnya adalah korban nomor satu dari penjajahan yang dilakukan oleh industri rokok yang mengeruk keuntungan dibalik penderitaan warga. Bahkan rokok bisa memecah belah persatuan bangsa, mempertahankan kepentingan bisnis mereka dengan membenturkan kehidupan para petani tembakau dan buruh industri rokok serta pendapatan cukai negara dengan aspek kesehatan warga yang sebenarnya jauh lebih asasi dari alasan-alasan yang senantiasa mereka argumentasikan.
Dalam perspektif individu sang perokok, solusi bagi mereka supaya berhasil meninggalkan rokok adalah bermula dari niat. Niat yang benar tentunya lebih berpotensi melahirkan tekad yang kuat. Beberapa contoh niat berikut mungkin sangat relevan:
- Sengaja aku berhenti merokok lillaahi ta’ala [<– sebaiknya ini niat nomor 1 🙂 ]
- Aku tidak akan merokok lagi supaya tidak membunuh orang-orang yang kucintai seperti istri dan anak-anakku.
- Aku tidak akan merokok lagi supaya tidak tergolong kepada orang yang berbuat zalim terhadap diri sendiri dan orang lain
- Aku tidak akan merokok lagi supaya tidak menjadi saudaranya setan yang menghambur-hamburkan uang dan melakukan pembaziran.
- Aku tidak akan merokok lagi supaya waktuku lebih produktif dan aku bisa mengingat Tuhan dan berzikir lebih banyak, karena aku tau bahwa ketika aku merokok aku cenderung jauh dari berzikir
- Dan berbagai niat positif lainnya
Niat untuk berhenti merokok tentu tidak muncul begitu saja. Ia pasti akan hadir hanya setelah seorang perokok paham bahwa merokok adalah lebih dari sekedar tidak baik, tapi ia adalah perbuatan zalim. Maksudnya, memahamkan para perokok tentang betapa jeleknya merokok tersebut adalah starting point dari serangkaian usaha yang dapat dilakukan. Perubahan berikutnya hanya akan terjadi ketika diawali dengan niat yang kuat.
Dalam sudut pandang yang lebih luas tentu dibutuhkan usaha sistematis yang jauh lebih potensial daripada sekedar usaha penyadaran saja. Upaya yang dilakukan haruslah lebih baik dan elegan dibandingkan dengan usaha sang penjajah rokok yang semakin kreatif dan masif. Beberapa hal yang sudah dilakukan dan barangkali perlu digalakkan diantaranya adalah:
- Pengembangan dan optimalisasi klinik berhenti merokok. Hal ini sudah mulai dilakukan di beberapa kampus dan beberapa daerah di Indonesia. Klinik ini menjadi strategis mengingat banyaknya perokok yang sudah berniat untuk berhenti tetapi tidak cukup kuat untuk mewujudkannya secara pribadi saja. Mereka sudah punya modal dasar tapi tidak cukup kuat untuk berekspansi. Barangkali klinik ini bisa menjadi solusi.
- Pendekatan agama: setiap agama pasti akan melarang umatnya untuk menzalimi diri, merusak orang lain, melakukan pemubaziran dan serangkaian sikap buruk lainnya yang muncul akibat adanya rokok. Barangkali para ahli agama perlu usaha yang lebih kreatif dan solutif lebih dari sekedar fatwa.
- Pendekatan hukum barangkali adalah usaha yang sangat potensial, karena bisa mengatur segala sisi di dalam kehidupan bernegara. Namun faktanya cukup menyedihkan: produk-produk hukum yang lahir terkait dengan pengaturan rokok dan tembakau saat ini dinilai masih setengah hati dan tidak sepenuhnya pro terhadap hak asasi atas kesehatan rakyat. Wakil rakyat adalah subjek utama dalam usaha ini, dan mereka adalah representasi dari rakyat itu sendiri. Perlu diingat bahwa rakyat itu sendiri juga bersikap pro dan kontra dalam memerangi asap rokok, sehingga wajar saja jika peraturan yang diundangkan oleh para legislator juga jauh dari optimal. Bukan berarti tidak bersyukur dengan capaian yang sudah ada, efek positif yang lebih baik tentu masih kita dambakan. Beberapa langkah hukum berikut barangkali perlu dioptimalkan atau dipertegas
- Pembuatan sejumlah aturan seperti perda yang mengatur tentang kawasan tanpa rokok
- Pengaturan dan pembatasan (atau justru penghapusan) iklan rokok, baik cetak maupun elektronik
- Penerapan cukai rokok yang rasional, sehingga rokok yang saat ini harganya hanya kacangan menjadi lebih susah untuk didapatkan
- Pembatasan penjualan rokok secara efektif, misalnya pihak mana saja yang boleh menjualnya, kepada siapa saja ia boleh dijual, berapa satuan minimal yang boleh dijual, dsb.
- Menjadikan aspek merokok/tidak merokok sebagai salah satu pertimbangan dalam pemberlakuan asuransi kesehatan. Adalah lucu bahwa para perokok dibiarkan saja untuk merusak kesehatan mereka, kemudian negara diharuskan menanggung biaya penyembuhan penyakit yang mereka derita sebagai dampak dari rokok.
- Lihat dari contoh. Belajarlah dari negara-negara maju yang sudah berhasil menjinakkan rokok. Banyak kok negara-negara di dunia yang berhasil menghapuskan iklan rokok. Nggak sedikit kok negara yang sukses menjadikan area publik bersih dari asap rokok. Meskipun demikian saya tetap agak pesimis, sebab keberhasilan negara maju mengelola atau persoalan rokok dan tembakau adalah berkorelasi positif dengan tingkat kemajuan peradaban mereka, terutama di dalam pendidikan. Kita? barangkali masih jauh. Tapi proses untuk ke arah itu semestinya sudah dimulai.
4. Tindakan
Apa tindakan yang harus kita lakukan ketika ada orang yang merokok disekitar kita?
Dalam aspek kehidupan sosial bermasyarakat di negara kita, barangkali dibutuhkan seni tersendiri dalam bersikap. Termasuk juga dalam hal bagaimana kita sebaiknya memberikan respon, bertutur kata, dan bersikap terhadap para perokok. Para perokok tersebut boleh jadi adalah orang-orang penting atau orang dekat bagi kita sendiri dengan berbagai tingkat kedekatan psikis yang berbeda. Bersikap terhadap orang tua yang perokok pastinya berbeda dengan respon terhadap teman yang perokok, dosen yang perokok, atau juga pimpinan yang perokok. Artinya, jenis tindakan yang harus kita lakukan adalah suatu hal yang situasional.
Saya membuat beberapa klasifikasi respon yang mungkin diberikan dalam menyikapi orang yang merokok di sekitar kita.
- Melarang. Pada konteks tertentu ini bisa sangat relevan, misalnya kepada anak sendiri, atau teman dekat, atau siapa saja yang merokok di kawasan tanpa asap rokok (KTR), dsb.
- Meminta dengan sopan untuk mematikan rokok.
- Memberikan saran dan penjelasan supaya tidak merokok, misalnya ketika di dalam angkutan umum yang diisi oleh penumpang ibu hamil, anak-anak, balita, dsb.
- Sekedar menyampaikan keberatan, misalnya “maaf saya lagi batuk”, atau “saya adalah pasien asma”, dsb.
- Meninggalkan sang sumber asap.
- Atau pada kondisi tertentu, ketika semua usaha tidak berhasil dan meninggalkan sang sumber asap juga tidak mungkin, maka terpaksa dengan
ikhlasperasaan dongkol menghirup asap yang sudah mereka muntahkan tersebut. Teknik bernafas yang efisien mungkin bisa dipakaikan pada kondisi ini.
Semua contoh sikap di atas pada dasarnya memiliki skor tersendiri. Pilihan dalam bersikap tentu harus mempertimbangkan banyak hal. Tapi perlu diingat bahwa, apapun sikap kita, perokok bukanlah penjahat kriminal. Mereka adalah korban yang juga sedang mengorbankan orang lain.
dikutip dari wawancara dengan "Majalah Pharmacon"
- ITalk Episode 2: Belajar di Negeri Kangguru dengan Beasiswa - April 20, 2021
- Solid Dispersions of Famotidine: Physicochemical Properties and In Vivo Comparative Study on the Inhibition of Hyperacidity - August 9, 2020
- Menjadi “orang kimia” itu… (Refleksi satu tahun penelitian kimia farmasi) - March 7, 2020