Menginap semalam
- At August 14, 2016
- By Yori Yuliandra
- In Blog, Story of Mine
3

Dia check-in sekitar jam 8 malam, tepatnya setelah shalat ‘isya. Check-out segera di pagi esoknya, dalam keadaan meninggal dunia.
Kronologinya begini, saya pulang shalat isya dari masjid. Saat di perjalanan pulang, dia, serangga itu, masuk ke dalam telinga kiri saya. Awalnya saya kira dia hanya tersesat di pintu masuknya, eh ternyata dia masuk dan terperangkap di dalamnya. Hal ini saya ketahui sesaat setelah sampai di rumah ketika dia menggelepar dan mengepakkan sayapnya di sana.
Apa yang saya lakukan?
Nomor 1: mengadu (setelah mengaduh). Ya, mengadu ke dokter yang kebetulan ada di rumah. Treatment dan perlakuan yang saya terima:
- Pemeriksaan dengan menggunakan ear pick yang ada sumber cahanya. Alat ini bukan medical device sih, semacam home care saja yang saya beli dari Tokopedia. Its seen, serangga, terlihat bagian ekornya.
- Pemberian tetes telinga peroksida. Setelah diberi 2 tetes, telinga jadi sangat bising: suara gelembung peroksida, suara si serangga yang menggeleparkan sayapnya, ditambah lagi suara jantungnya. Eh, serangga ada jantungnya kan ya?
- Pemberian tetes telinga Otopain. Si dia masih hidup aja, untungnya tidak menggetarkan sayapnya lagi. Mungkin karena sudah banyak cairan yang diterima.
- Pemberian baby oil yang dijadikan sebagai tetes telinga. Harapannya semoga dia keluar, nggak juga.
- Irigasi dengan teknik spooling menggunakan spuit. Nihil.
Beberapa kali percobaan pengangkatan sudah dilakukan, namun tidak berhasil tapi justru meninggalkan rasa sakit akibat alat ear pick yang coba diakalin untuk pengangkatan. Katanya, telinga bagian tengah tersebut memang sangat sensitif terhadap rangsangan nyeri. Untungnya, si serangga tidak menyebabkan rasa sakit, mungkin lebih tepatnya hanya rasa geli yang kelewatan. Syukur lagi, hewan yang masuk hanyalah serangga lunak, bukan semacam kumbang dengan kaki-kaki yang tajam yang dapat merusak telinga. Ini yang disebut orang Minang, selalu ada untungnya meskipun lagi dapat musibah. Ya, untungnya bukan kumbang berkaki tajam (apalagi jangkrik, coba deh googling “insect in ear” dan liat hasil pencarian gambar)
Karena merasa bisa disabarkan semalam, akhirnya niat untuk ke IGD malam itu juga kami urungkan. Dan yang bersangkutan dibiarkan menginap semalam, entah masih hidup atau sudah mati.
Solusi yang menyelesaikan persoalan
Pagi pun menjelang, cerah. Cocok sekali, karena pagi ini adalah etape terakhir Tour de Singkarak 2016 yang akan start di Bukittinggi dan finish di Padang. Eh, kembali ke cerita si dia yang menginap. Tadinya setelah shalat subuh dikasih tetes telinga peroksida lagi, tapi ternyata tidak keluar juga. Akhirnya, start the car, drive away around 10 K to the emergency unit, then, arrived.
Tiga kali percobaan yang dilakukan oleh dokter dan perawat yang sedang bertugas akhirnya berhasil melakukan check out paksa terhadap tamu tak diundang ini. Alhamdulillah, meskipun saya berlinangan air mata, lagi 😀
Pesan sponsor: Siapa saja bisa mengalami hal yang sama, termasuk orang baik sekalipun, hehe… Saya bahkan pulang shalat isya dari masjid lho. Tapi, ‘ala qadarullah, dan insyaallah ada hikmahnya. Karenanya, jika suatu saat Anda mengalami hal seperti ini, sebaiknya utamakan untuk menerima tindakan dari profesional kesehatan yang tepat dan jangan diupayakan sendiri apa adanya. Langusng ke IGD terdekat aja. Ingat, resiko terburuknya adalah gangguan pendengaran atau bahkan tuli seandainya bagian vital di dalam telinga rusak, baik oleh benda asing yang masuk, atau akibat dari tindakan yang tidak didasarkan pengetahuan dan keterampilan.
Oh iya, salah satu hikmah dari kejadian ini adalah saya jadi punya tulisan baru untuk ditulis di sini. Blog jadi update lagi…. 😉
- Solid Dispersions of Famotidine: Physicochemical Properties and In Vivo Comparative Study on the Inhibition of Hyperacidity - August 9, 2020
- Menjadi “orang kimia” itu… (Refleksi satu tahun penelitian kimia farmasi) - March 7, 2020
- Multicomponent crystals of mefenamic acid–tromethamine with improved dissolution rate - November 21, 2019
nauravidian
Teliinga ra juga pernah kemasukan serangga, tepatnya nyamuk pak (twice T.T). Yang kejadian pertama, setelah ngiung-ngiung kepakan sayapnya (ini suaranya ngerih parah T.T) ga berhenti semaleman dan akhirnya besok ke dokter THT. Setelah dilakukan treatment, akhirnya doi keluar dan terkapar. Dokternya bilang kalau kejadian lagi kasih aja minyak makan (yang baru) terus teteskan ke telinga. Pas kejadian kedua, ga berani tetesin minyak makan ketelinga dan tetep ke THT juga. Dan sampai sekarang masih penasaran, minyak makan beneran bisa atau engga keluarkan serangga 😀
Yori Yuliandra
Hehe… I was almost treated with minyak makan that night, tapi nggak jadi karena request baby oil…
lovira
thats the hikmah ada tulisan baru yang unik ya uda. berarti peroksidanya berhasil menggeleparkan si serangga.. it works