Mau lulus beasiswa? Begini tips dan persiapannya
- At June 30, 2019
- By Yori Yuliandra
- In Blog, Scholarship, Think Student
47
Punya niat untuk melanjutkan studi ke luar negeri dan lulus beasiswa? Entah itu tahun esok atau beberapa tahun lagi setelah wisuda, selalu ada yang bisa dipersiapkan dari sekarang. Regardless of different types of the scholarships, persiapan untuk lulus beasiswa secara umum adalah sama saja dan semestinya dilakukan dalam waktu yang tidak instan. Saya lebih suka menyebutnya sebagai “persiapan jangka panjang”.
Namun, sebelum mempersiapkan diri dan menyusun strategi untuk seleksi beasiswa, ada beberapa sikap dan pandangan keliru yang perlu diluruskan. Saya menyebutnya sebagai prinsip yang penting untuk diperhatikan
Disclaimer: Tips dan pandangan berikut ini saya tuliskan berdasarkan pengalaman beberapa kali melamar beasiswa yang berbeda untuk studi S2 dan S3 di luar negeri. Meskipun tulisan ini adalah perspektif personal, saya yakin sebagian besarnya adalah relevan untuk para pemburu beasiswa. Dan saya juga yakin bahwa tulisan ini adalah worth reading insyaallah…
Read More»Cara praktis membuat sitasi dan daftar pustaka dengan Mendeley
Setelah mengamati dengan cukup lama, saya akhirnya berkesimpulan bahwa kegiatan tulis-menulis artikel ilmiah kebanyakan di antara kita (pelajar/mahasiswa dan bahkan juga dosennya) sepertinya masih dipenuhi oleh ritual manual. Nggak percaya? Ini contohnya:
- membuat daftar isi dengan cara manual, copy paste judul bab, sub bab, dan sub sub bab dari naskah dan masukin nomor halamannya secara manual (harus scroll down untuk lihat nomor halaman dan scroll up lagi untuk mengetikkan nomor halaman pada halaman daftar isi)
- membuat file untuk halaman kover tersendiri, halaman kata pengantar lain lagi filenya, trus bab I dan seterusnya juga dengan file tersendiri (tujuannya supaya pembuatan nomor halaman tidak terganggu akibat jenis nomor halaman yang harus dibedakan)
- membuat sitasi pada naskah secara manual, kemudian menyusun daftar pustaka secara manual juga (dengan resiko sitasi yang salah, tidak lengkap atau berlebih, atau daftar pustaka yang salah ketik, tidak lengkap, atau dengan format yang tidak seragam)
- atau bentuk ritual manual merepotkan lainnya
Menulis Daftar Pustaka dengan Bantuan Google Scholar
Sejujurnya, menyusun daftar pustaka dengan mengacu kepada style tertentu adalah cukup merepotkan, khususnya jika ditulis secara manual. Komponen-komponen dari suatu bibliografi harus disusun sedemikian rupa seperti nama author dan coauthor (nama belakang di tulis di depan atau di belakang, nama kedua “last name” yang disingkat, dll), tahun, judul, nama jurnal, nomor volume dan issue, halaman, dsb. Untungnya, ada aplikasi EndNote yang sangat membantu para penulis dalam menyelesaikan penulisan naskah ilmiah. Sayangnya, memasang dan menggunakan aplikasi ini juga tidak mudah dan jauh dari kata praktis. Thanks to Google, layanan Google Scholar ternyata dapat menjadi solusi untuk hal ini.
Secara umum bisa dikatakan bahwa hampir semua artikel dari jurnal ilmiah ada di dalam data base Google Scholar. Tidak 100 % sih, tapi hampir semua jurnal. Mengapa demikian? Jawabnya adalah karena terindeks pada Google Scholar adalah salah satu target utama bagi para penerbit jurnal, sebab Google Scholar sepertinya merupakan citation index database yang paling populer.
Read More»Statistik fisiologis dalam satu menit
Dalam satu menit yang anda gunakan untuk membaca tulisan ini, maka suatu proses fisiologis yang sangat kompleks sedang terjadi dalam diri anda. Hmm… supaya kondisi anda identik dengan kondisi yang menjadi sampel dalam pengambilan data-data fisiologis berikut (sesuai gambar), maka kita anggap anda membaca tulisan ini dalam keadaan berdiri, dan tulisan ini anda baca melalui komputer tablet 😉
Read More»The Alex Effect
Di dalam dunia medis, khususnya terkait dengan bedah dan operasi, pasien akan diberikan obat anestesi (obat bius) sebelum prosedur pembedahan bisa dilaksanakan. Meskipun pasiennya dilukai, dibedah, bahkan organ tubuhnya diobok-obok, si pasien tidak akan merasakan sakit karena proses penghantaran rasa sakitnya sudah dihambat oleh obat, sehingga pusat nyeri di otak tidak diaktifkan oleh rangsangan nyeri.
Sebagaimana halnya obat secara umum, obat anestesi juga mempunyai durasi kerja tertentu. Artinya, ketika masa kerja obat berangsur habis, maka efeknya juga berangsur hilang. Dengan demikian, untuk proses pembedahan yang memakan waktu yang lama, misalnya 5 jam atau bahkan seharian, maka pemberian obat anestesi juga harus diulang (atau diberikan secara kontiniu) selama jangka waktu tertentu untuk memastikan bahwa efek biusnya masih tetap berlangsung sampai proses operasinya selesai.
Apa jadinya jika selama prosedur pembedahan, obat bius yang diberikan ternyata tidak memberikan efek karena salah dalam teknik pemberian obat??? Dan sang “tukang bedah” merasa sudah menyuntikkan obatnya dengan baik, padahal sebenarnya tidak??? Dan kemudian dengan santainya sang tukang bedah mengobok-obok bagian tubuh pasien yang tidak terbius sempurna. Sang pasien bisa saja terbangun dari tidur terbiusnya atau bisa saja mati akibat rasa sakit yang sangat hebat. Itulah yang terjadi pada salah seorang pasien kami, eh maksudnya salah satu pasien kami. Untungnya, pasien ini bukanlah manusia, melainkan tikus percobaan *tapi kan sama-sama bernilai satu nyawa 🙁
Dan, dengan
Read More»Statistik oh statistik…
Beberapa waktu belakangan saya berasa seolah-olah berganti identitas menjadi orang statistik saja, dan nyaris lupa kalau saya adalah stakeholder farmasi. Hmm… Bergaul dengan statistik sebenarnya bukan barang baru, tapi menjadi sesuatu begete belakangan ini, karena intensitasnya, atau kuantitasnya, atau barangkali chemistry-nya #eaa.
Satu hal yang sepertinya perlu saya tulis di sini adalah rasa terima kasih dan apresiasi yang besar terhadap nama-nama berikut:
- kepada “Bapak Statistik” Sir Ronald A. Fisher, terima kasih atas anova-nya Sir. Saya pake yang 2 arah sama 3 arah. Btw, cucu statistiknya mana?
- kepada para pakar post-Hoc: Duncan, Dunnet, Tukey, Bonferroni dkk, ternyata post hoc itu ribet-ribet tanggung ya. Meskipun bapak-bapak sekalian berbeda-beda, tapi harus tetap akur ya, jangan saling menyalahkan. Btw, kok mayoritas orang-orang di sini pakai Duncan’s MRT ya?
- kepada Yth William Seali Gosset atas