Beberapa kali gempa yang terjadi di daerah Sumatera Barat memang cukup berpengaruh terhadap lini-lini kehidupan warga. Dampaknya sangat terasa pada aspek perekonomian, pendidikan, dan tanpa terkecuali: pariwisata. Hal ini semakin memburuk dengan frekuensi gempa yang masih tetap tinggi, dan menjadi lebih buruk lagi dengan merebaknya isu dan kabar dari para ahli tentang gempa besar yang akan terjadi dalam beberapa dekade ke depan.
Setidaknya itulah sedikit kesimpulan yang bisa diambil dalam perjalanan kami ke lokasi wisata Pasir Jambak, Padang. Terlihat beberapa rumah yang semestinya masih dalam tahap pembangunan yang ternyata dibiarkan saja. Atau jalanan yang berlubang dan becek yang menjadi duri sepanjang perjalanan dari jalan utama menuju lokasi wisata. Atau ketika sudah memasuki daerah pantai, terlihat hamparan pasir yang dihiasi sampah. Atau pepohonan yang ditanam di sepanjang garis pantai yang hanya tinggal pagarnya saja. Kondisi fasilitas kamar mandi dan mushollanya juga sangat menyedihkan. *trus kalo nggak bagus ngapain ke sini?
(sebuah cerita dan perspektif berbeda tentang gempa Padang 30 September 2009)
Gempa Sumbar 30 September 2009 silam meninggalkan cerita yang mendalam dan mungkin menyakitkan bagi warga Sumbar. Banyak kerusakan dahsyat dan kiamat kecil yang ia hadirkan. Namun, dibalik itu semua, gempa sumatera ini juga meniggalkan sejuta pelajaran sarat makna bagi siapa saja. Kita mungkin punya cerita dan hikmah yang berbeda dari hari-hari berkawan dengan gempa dan mencoba bersahabat dengan bencana.
Bahkan, sekedar untuk “menghibur diri” dan mengambil pelajaran dari musibah ini, bersama seorang adik, dan dilengkapi dengan sebuah kamera yang mumpuni saya menyempatkan diri untuk keliling kota Padang untuk hunting poto-poto bagaimana dahsyatnya gempa dengan durasi sekitar 1 menit tersebut. Anehnya, nyaris seluruh jalanan macet dan semua stasiun pengisian bahan bakar minyak (SPBU) dipadati ribuan orang. *ngapain ya…?
That earthquake was something different for me, especially for being a pharmacist. During November 2009, joining Rumah Zakat Indonesia, we went down town Padang, Padang Pariaman and Pariaman to make some kind of Bakti Sosial Kesehatan. The team consisted of doctors, pharmacists, nurses, and any other volunteers. It was a very precious experience and perhaps, couldn’t be compared to anything else.
Hello, It's me, Yori Yuliandra, the owner of this site. I'am a lecturer in The Faculty of Pharmacy, Andalas University, Padang-Indonesia, but currently residing in Sydney, Australia to do a PhD in the School of Pharmacy, The University of Sydney. Welcome to my website, and I hope you enjoy it <more>