The Alex Effect
Di dalam dunia medis, khususnya terkait dengan bedah dan operasi, pasien akan diberikan obat anestesi (obat bius) sebelum prosedur pembedahan bisa dilaksanakan. Meskipun pasiennya dilukai, dibedah, bahkan organ tubuhnya diobok-obok, si pasien tidak akan merasakan sakit karena proses penghantaran rasa sakitnya sudah dihambat oleh obat, sehingga pusat nyeri di otak tidak diaktifkan oleh rangsangan nyeri.
Sebagaimana halnya obat secara umum, obat anestesi juga mempunyai durasi kerja tertentu. Artinya, ketika masa kerja obat berangsur habis, maka efeknya juga berangsur hilang. Dengan demikian, untuk proses pembedahan yang memakan waktu yang lama, misalnya 5 jam atau bahkan seharian, maka pemberian obat anestesi juga harus diulang (atau diberikan secara kontiniu) selama jangka waktu tertentu untuk memastikan bahwa efek biusnya masih tetap berlangsung sampai proses operasinya selesai.
Apa jadinya jika selama prosedur pembedahan, obat bius yang diberikan ternyata tidak memberikan efek karena salah dalam teknik pemberian obat??? Dan sang “tukang bedah” merasa sudah menyuntikkan obatnya dengan baik, padahal sebenarnya tidak??? Dan kemudian dengan santainya sang tukang bedah mengobok-obok bagian tubuh pasien yang tidak terbius sempurna. Sang pasien bisa saja terbangun dari tidur terbiusnya atau bisa saja mati akibat rasa sakit yang sangat hebat. Itulah yang terjadi pada salah seorang pasien kami, eh maksudnya salah satu pasien kami. Untungnya, pasien ini bukanlah manusia, melainkan tikus percobaan *tapi kan sama-sama bernilai satu nyawa 🙁
Dan, dengan
Read More»Perhitungan dosis ekstrak untuk hewan percobaan
Bagaimana cara saudara menghitung dosis ekstrak dan membuat sediaannya untuk pemberian oral dengan dosis 20 mg/kg? Berapa konsentrasi larutan ekstrak yang saudara buat? Berapa volume yang saudara berikan jika berat hewannya adalah 265 gram?*
*Pertanyaan dari salah seorang Dosen Penguji dalam suatu seminar penelitian mahasiswa
Topik tentang pembuatan sediaan merupakan bahasan yang sangat penting sebelum melakukan pengujian bioaktivitas terhadap hewan percobaan, misalnya bagi mahasiswa farmasi (khususnya pada bidang ilmu farmakologi yang nyaris selalu bermain-main dengan hewan percobaan). Saya sudah mengobok-obok Om Eyang Google ternyata tidak ada hasil pencarian yang menunjukkan cara lengkap tentang bagaimana perhitungan dosis obat atau ekstrak untuk diberikan kepada hewan percobaan, khususnya dalam skala penelitian dimana hewan yang digunakan biasanya berjumlah banyak dan zat uji pada umumnya diberikan secara berulang, misalnya setiap hari selama 2 minggu.
Panduan berikut ini sangat relevan bagi mahasiswa/peneliti di bidang farmasi yang melakukan eksperimen dengan hewan percobaan. Eksperimen yang dimaksud adalah berupa pemberian suatu bahan (misalnya obat atau ekstrak tanaman) kepada tikus melalui rute oral, intraperitoneal ataupun rute lainnya dengan pemberian berulang (misalnya selama 7 hari)
Zat yang biasa diberikan kepada hewan percobaan dapat berupa bahan dari tanaman (ekstrak, air rebusan, dll) atau berupa obat untuk tujuan tertentu. Biasanya, bahan-bahan ini tidak bisa diberikan begitu saja melainkan harus diformulasi terlebih dahulu dengan beberapa ketentuan dan pertimbangan. Ada banyak sekali pertimbangan dalam hal pemberian obat/ekstrak kepada hewan percobaan, misalnya tentang rute pemberian, jenis sediaan, jenis bahan pembantu yang digunakan, besaran dosis yang digunakan, dan lain sebagainya. Tulisan ini hanya membahas perhitungan dosisnya saja.
Read More»"Mengapa Allah menciptakan tikus?"
Ini adalah salah satu pertanyaan protes saya sewaktu masih kecil, dan mungkin juga pertanyaan sebagian besar di antara kita: mengapa Allah menciptakan tikus, kutu, nyamuk, dan berbagai ciptaan lainnya yang mungkin secara sederhananya kita tidak mengira ada suatu manfaat yang dapat kita ambil. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa betapa banyak orang yang tidak dapat menggapai gelar sarjana mereka seandainya tidak ada tikus, termasuk saya. Khusus untuk tikus, saya menggunakannya dalam penelitian sebagai hewan percobaan dalam penelitian tugas akhir.
Tikus sebagai hewan percobaan
Salah satu hewan yang sangat berkesan dalam dunia obat-obatan adalah tikus percobaan. Perlu anda ketahui bahwa setiap obat yang digunakan dalam dunia kesehatan hari ini pastilah pernah melalui masa pengujian preklinik, yaitu pengujian pada hewan percobaan. Bahkan untuk subjek penelitian obat tertentu, para peneliti tidak akan mau menggunakan manusia percobaan. Misalnya penelitian dalam subjek teratologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kerusakan dan kelainan yang terjadi pada janin selama masa kehamilan. Tidak akan ada ibu hamil yang bersedia menjadi objek penelitian dan mempertaruhkan keselamatan dan kesehatan janin yang ada di dalam kandungannya. Jadi untuk subjek penelitian seperti ini, manusia sangat bergantung pada hewan percobaan, karena seperti hewan percobaan ini bersedia dan ikhlas-ikhlas aja… *Ups… iya apa iya ❓
Read More»