Apakah rahmat salah alamat?
Dari dulu, saya tidak pernah punya masalah dengan hujan. Hujan? Yepp, hujan, yang kabarnya adalah rahmat. Apalagi jika turun di sore hari menjelang petang. Pasti tidak lama berselang kami sudah memenuhi lapangan sepak bola yang memang hanya berbilang puluhan meter dari rumah untuk kemudian bermain dengan riang sampai azan maghrib menjelang. Ya, itu dulu… ketika hujan selalu bermakna sebuah kesenangan.
Pun ketika sedang khusyuknya bersepeda ke sekolah sewaktu SMA. Hujan pagi yang tercurah dengan murahnya menguyupkan badan dalam beberapa hitungan yang tak sempat berbilang. Kaki yang terbalut seragam abu-abu yang basah pun tetap ikhlas mengayuh. Putaran demi putaran hasil kayuhannya akhirnya menghantarkan penunggangnya di kelas tercinta. Basah? tentu saja. Tapi entah mengapa rasanya nikmat saja.
Tapi sedikit berbeda dengan
Read More»