“Maaf, Ibu sedang hamil..?”
Pertanyaan seperti ini mungkin terkesan (agak) vulgar untuk dilontarkan kepada seseorang, namun harus saya tekankan bahwa terkadang hal ini menjadi wajib untuk ditanyakan kepada seorang pasien *asalkan jangan ditanyakan kepada pasien laki-laki saja… Hehe…
Ini adalah salah satu pertanyaan yang saya lemparkan dalam suatu konseling obat kepada seorang pasien ibu paruh baya beberapa waktu yang lalu, yakninya dalam rangkaian acara Bakti Farmasi XXVII yang dilaksanakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Andalas di salah satu daerah pedalaman di Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. Sebenarnya tidak terlalu pedalaman juga, namun barangkali juga tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa daerah ini adalah daerah pedalaman karena di sana tidak ada sinyal telepon seluler sehingga kita lost contact dengan dunia luar selama 3 hari. Oops, melenceng dari tema yah??
Dalam acara yang rutin dilaksanakan oleh fakultas Farmasi tersebut, panitia mengangkatkan serangkaian kegiatan bakti kesehatan dan salah satunya adalah pemeriksaan kesehatan gratis. Dalam pemeriksaan kesehatan ini, kita sebagai apoteker mengambil peran dalam urusan kefarmasiannya, yaitu dalam hal mempersiapkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Nah, yang tidak kalah pentingnya adalah konseling dan pemberian informasi obat kepada pasien. Pada hari itu, saya menerima seorang pasien yang
Read More»Serba serbi efek samping obat
- At March 16, 2011
- By Yori Yuliandra
- In Blog, Think Healthy, Think Pharmacy
- 75
*tulisan ini menjawab beberapa pertanyaan seputar efek samping obat
Obat yang kita minum akan memberikan khasiat terhadap tubuh dalam menyembuhkan penyakit. Setelah mengalami proses absorbsi (penyerapan obat ke dalam aliran darah), maka obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk kemudian memberikan efeknya terhadap tubuh. Sebagai contoh, suatu obat rematik seperti Piroksikam, dimana obat ini akan meredakan radang dan nyeri persendian yang terjadi pada keadaan rematik. Namun sebagai akibat dari efek piroksikam ini adalah kemungkinan terjadinya iritasi dan nyeri pada lambung. Nah, dengan demikian kita dapat melihat dua jenis efek obat yang berbeda yaitu: efek meredakan gejala radang dan nyeri rematik (dimana efek ini kita sebut sebagai efek utama, atau disebut juga khasiat); dan efek lainnya berupa terjadinya iritasi pada lambung (ini yang disebut efek samping, yaitu efek obat selain efek utama).
Adverse Drug Reactions (ADR)
Dalam terminologi yang dipakai secara global, efek samping obat yang kita pahami hari ini diistilahkan dengan Adverse Drug Reactions (ADR). Badan kesehatan dunia (WHO) memberikan penjelasan tentang istilah ini
ADR is any response to a drug that is noxious and unintended and that occurs at doses normally used in humans for prophylaxis, diagnosis, or therapy of disease, or for the modification of physiological function.
Definisi ADR menurut WHO
Nih tak transletin –> Efek samping obat adalah setiap respon tubuh terhadap obat yang bersifat merugikan/ berbahaya dan tidak diinginkan yang terjadi pada dosis normal yang biasa digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, atau terapi terhadap penyakit, atau untuk memodifikasi fungsi fisiologis. Efek samping memiliki definisi yang berbeda dengan efek toksik, dimana efek samping merupakan efek yang merugikan yang terjadi pada dosis normal sedangkan efek toksik terjadi akibat penggunaan dosis yang berlebih atau penggunaan pada jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan akumulasi obat di dalam tubuh.
Read More»Sebelum makan atau sesudah makan?
- At April 17, 2010
- By Yori Yuliandra
- In Think Pharmacy
- 28
Bagaimana waktu yang ideal untuk meminum obat: sebelum atau sesudah makan? Ini adalah pertanyaan bagi kebanyakan kita. Sebelum bercerita panjang lebar, saya kasih saja jawabannya di awal tulisan: ada obat yang harus/sebaiknya diminum sebelum makan dan ada juga setelah makan. Tak ketinggalan, ada juga yang diminum pada waktu lain tanpa ada urusan dengan waktu makan.
Proses apa yang terjadi setelah obat diminum?
Ketika anda demam dan memutuskan untuk meminum obat antipiretik seperti parasetamol, maka normalnya anda akan merasakan keadaan tubuh yang membaik beberapa saat kemudian. Antipiretik merupakan golongan obat-obat yang memberikan efek penurunan suhu tubuh yang biasanya ditandai dengan produksi keringat yang lebih banyak. Jadi seandainya suhu tubuh pada kondisi demam adalah 38,5 C akan diturunkan kembali ke arah normal misalnya menjadi 37. Nah, saya punya pertanyaan:
Pernahkah anda menghitung selang waktu antara meminum obat parasetamol sampai munculnya efek penurunan suhu tubuh tersebut (sering ditandai dengan keluarnya keringat)? Berapa menitkah kira-kira…?
Yang pasti, ketika selesai meminum tablet parasetamol tersebut suhu tubuh tidak langsung turun kan? Harus menunggu beberapa saat dulu kan? *dari tadi nanya terus… Nah, saya hanya mau menegaskan bahwa semua obat, apapun bentuk dan khasiatnya, semua obat harus melalui serangkaian proses tertentu di dalam tubuh terlebih dahulu dan butuh selang waktu tertentu sebelum ia dapat memberikan efek dan khasiat terhadap tubuh. Terkait dengan hal ini, salah satu faktor penentu dari perjalanan obat di dalam tubuh adalah proses yang terjadi di lambung. Simak penjelasan berikut ini.
Pengaruh keberadaan makanan di lambung terhadap obat
Keberadaan makanan di lambung menyebabkan lambung bekerja untuk mengolah makanan tersebut. Lambung bekerja dengan memberikan gerakan peristaltik, memproduksi enzim, memodifikasi tingkat keasaman dan lain sebagainya. Aktivitas ini bisa memberikan pengaruh yang tidak diinginkan jika dalam waktu bersamaan juga terdapat obat yang harus diproses oleh tubuh.
Untuk dapat diproses dengan baik, obat membutuhkan pH atau tingkat keasaman tertentu. Kadang obat juga membutuhkan durasi waktu tertentu untuk berkontak dengan cairan lambung tanpa intervensi objek lain, termasuk makanan. Keberadaan makanan di dalam lambung dapat mengganggu kondisi ideal yang dibutuhkan oleh obat untuk dapat diproses tubuh. Kandungan makanan kadang juga dapat menyebabkan kerusakan molekul obat tertentu. Sebaliknya, kadang obat juga dapat mengiritasi dinding lambung sehingga diperlukan kondisi yang meminimalisir kontak dengan dinding lambung, misalnya dengan adanya makanan. Nah, sifat obat yang bervariasi inilah yang menyebabkan perbedaan aturan minum obat, yaitu dalam keadaan perut kosong atau dalam keadaan perut berisi makanan (sesudah makan).
Read More»