Perhitungan dosis ekstrak untuk hewan percobaan
Bagaimana cara saudara menghitung dosis ekstrak dan membuat sediaannya untuk pemberian oral dengan dosis 20 mg/kg? Berapa konsentrasi larutan ekstrak yang saudara buat? Berapa volume yang saudara berikan jika berat hewannya adalah 265 gram?*
*Pertanyaan dari salah seorang Dosen Penguji dalam suatu seminar penelitian mahasiswa
Topik tentang pembuatan sediaan merupakan bahasan yang sangat penting sebelum melakukan pengujian bioaktivitas terhadap hewan percobaan, misalnya bagi mahasiswa farmasi (khususnya pada bidang ilmu farmakologi yang nyaris selalu bermain-main dengan hewan percobaan). Saya sudah mengobok-obok Om Eyang Google ternyata tidak ada hasil pencarian yang menunjukkan cara lengkap tentang bagaimana perhitungan dosis obat atau ekstrak untuk diberikan kepada hewan percobaan, khususnya dalam skala penelitian dimana hewan yang digunakan biasanya berjumlah banyak dan zat uji pada umumnya diberikan secara berulang, misalnya setiap hari selama 2 minggu.
Panduan berikut ini sangat relevan bagi mahasiswa/peneliti di bidang farmasi yang melakukan eksperimen dengan hewan percobaan. Eksperimen yang dimaksud adalah berupa pemberian suatu bahan (misalnya obat atau ekstrak tanaman) kepada tikus melalui rute oral, intraperitoneal ataupun rute lainnya dengan pemberian berulang (misalnya selama 7 hari)
Zat yang biasa diberikan kepada hewan percobaan dapat berupa bahan dari tanaman (ekstrak, air rebusan, dll) atau berupa obat untuk tujuan tertentu. Biasanya, bahan-bahan ini tidak bisa diberikan begitu saja melainkan harus diformulasi terlebih dahulu dengan beberapa ketentuan dan pertimbangan. Ada banyak sekali pertimbangan dalam hal pemberian obat/ekstrak kepada hewan percobaan, misalnya tentang rute pemberian, jenis sediaan, jenis bahan pembantu yang digunakan, besaran dosis yang digunakan, dan lain sebagainya. Tulisan ini hanya membahas perhitungan dosisnya saja.
Read More»Selezat apakah?
- At February 15, 2012
- By Yori Yuliandra
- In Story of Mine
- 87
Investigasi terhadap kanibalisme pada binatang
Bekerja dengan hewan percobaan membuat saya semakin sadar akan satu hal penting yang membedakan kita manusia dengan hewan, yaitu bahwa manusia tidak pernah memakan bayi yang mereka lahirkan sendiri, setidaknya sejauh ini.
Fakta tentang kanibalisme pada mencit/tikus percobaan sebenarnya sudah cukup lama saya ketahui, baik melalui baca-baca maupun dari pengalaman sendiri. Awalnya, beberapa tahun yang lalu, ada kejadian aneh dimana saya menemukan salah satu di antara hewan tersebut mati dalam keadaan mengenaskan, dimana bangkainya hanya tinggal separuh badan. Awalnya kepikiran buat menginterogasi teman-teman sekandangnya, tapi apa daya bahasa kita tidaklah sama. Pada kesempatan lain, saya menjadi bertanya-tanya ketika bayi-bayi hewan percobaan ini yang sehari sebelumnya masih berjumlah 11 ekor ternyata tinggal 8 ekor saja di pagi hari itu. Setelah diamati wajah-wajah dan ekspresi ayah ibunya kelihatannya sama saja, tak ada guratan wajah yang menyiratkan bahwa mereka sudah membunuh anak mereka. Sampai akhirnya saya berkesimpulan bahwa
Read More»"Mengapa Allah menciptakan tikus?"
Ini adalah salah satu pertanyaan protes saya sewaktu masih kecil, dan mungkin juga pertanyaan sebagian besar di antara kita: mengapa Allah menciptakan tikus, kutu, nyamuk, dan berbagai ciptaan lainnya yang mungkin secara sederhananya kita tidak mengira ada suatu manfaat yang dapat kita ambil. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa betapa banyak orang yang tidak dapat menggapai gelar sarjana mereka seandainya tidak ada tikus, termasuk saya. Khusus untuk tikus, saya menggunakannya dalam penelitian sebagai hewan percobaan dalam penelitian tugas akhir.
Tikus sebagai hewan percobaan
Salah satu hewan yang sangat berkesan dalam dunia obat-obatan adalah tikus percobaan. Perlu anda ketahui bahwa setiap obat yang digunakan dalam dunia kesehatan hari ini pastilah pernah melalui masa pengujian preklinik, yaitu pengujian pada hewan percobaan. Bahkan untuk subjek penelitian obat tertentu, para peneliti tidak akan mau menggunakan manusia percobaan. Misalnya penelitian dalam subjek teratologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kerusakan dan kelainan yang terjadi pada janin selama masa kehamilan. Tidak akan ada ibu hamil yang bersedia menjadi objek penelitian dan mempertaruhkan keselamatan dan kesehatan janin yang ada di dalam kandungannya. Jadi untuk subjek penelitian seperti ini, manusia sangat bergantung pada hewan percobaan, karena seperti hewan percobaan ini bersedia dan ikhlas-ikhlas aja… *Ups… iya apa iya ❓
Read More»